Gaya Hidup Hemat Vs Borod
Berhemat bagi seorang manusia bukan berarti ia menjadi kikir. Hemat adalah sikap pertengahan antara kikir dengan boros. Dalam buku Sirah Nabawiyyah karya Muhammad Ridha disebutkan setiap keutamaan adalah pertengahan antara dua sifat buruk. Sedangkan hemat bukanlah tindakan yang berat sebelah.
Allah mencela orang-orang yang kikir dan bakhil. Namun demikian, Allah juga mencela orang-orang yang boros. Manusia ada kalanya kikir dan ada kalanya boros. Sikap boros misalnya, disamakan dengan perumpamaan bahwa manusia yang boros adalah saudara-saudaranya syetan.
Allah berfirman dalam Alquran Surah Al-Israa penggalan ayat 27 berbunyi: “Innal-mubadzirina kaanu ikhwana as-syayathin,” yang artinya: “Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudaranya syetan”.
Tetap berhemat dan hanya membeli barang-barang yang tepat, menjadi tantangan bagi mereka yang tiba-tiba 'punya uang'. Di antara mereka ada yang mendekati boros.
Bagaimanapun, boros adalah akhlak yang buruk.
Sepenting-pentingnya uang, ingat, lebih penting lagi ilmu dan akhlak di balik uang. Tanpa ilmu dan akhlak yang tepat, uang bisa menjadi bencana.
Dari dulu sampai sekarang, uang tidak pernah membawa masalah. Sekalipun tidak pernah. Yang masalah itu manusianya. Kurang ilmu, kurang pengendalian diri.
Terkait cara mencari uang, pahami dulu konsekuensi dan risikonya. Kalau memang mau bekerja, yah terimalah konsekuensinya. Uangnya (gajinya) nggak seberapa.
Kalau memang mau berbisnis, yah bersiaplah dengan segala konsekuensi dan resikonya. Bisnis mengharuskan kerja keras. Selain itu, kita harus pandai-pandai memutar uang dan menghemat uang.
Kata guru saya, setidaknya ada tiga hal atau 'tiga i' yang dianjurkan saat kita mengelola penghasilan alias income:
- invest (putar lagi di bisnis, jadi stok)
- infaq (10% - 20% sedekahkan)
- insyaf (jangan lagi konsumtif)
Sayangnya, mereka yang tidak bertanggung-jawab cenderung menyalah-nyalahkan (blame) dan beralasan (excuse) saat keadaan tidak sesuai dengan harapan. Ini kurang bijak.
Kadang mereka mengeluh soal profit yang nggak seberapa. Padahal, profit-nya sudah lumayan. Pengendalian dirinya yang kurang. Betul apa betul?
Kadang mereka mengeluh soal produk yang sesekali indent. Padahal, produksi dari pusatnya sudah bagus. Manajemen stok di mitranya yang belum bagus.
Ada juga yang ngeluh soal nasibnya yang gitu-gitu aja. Dia lupa, ternyata infaq-nya selama ini juga gitu-gitu aja. Dan siapapun tahu, sedekah itu wasilah untuk berbagai macam perubahan.
Ya, sebagian orang tidak bertanggung-jawab dengan keputusan-keputusan yang telah diambil. Nggak serius di stok. Nggak serius di infaq. Selalu konsumtif, nggak insyaf-insyaf.
Alhamdulillah kita disini senantiasa diingatkan hal ini, Bagaimana menjadikan uang/ harta yang dimiliki hanya untuk hal-hal yang baik. Bukan untuk menjadi orang yang boros dengan membeli barang-barang konsumtif yang kadang tidak dibutuhkan.
Karena, yang namanya entrepreneur itu harus 100% bertanggung-jawab, nggak boleh menyalahkan keadaan. Pada akhirnya, daripada menyalah-nyalahkan keadaan, mari sama-sama kita berbenah. Siap?
Semoga Bermanfaat